Pengalamanku-Rasa Syukur Itu Perlu

Assalamu’alaikum Wr.Wb
 Selamat sore sobat blogger semua. Kembali lagi dengan saya di sini. Kali ini saya mau sharing pengalaman saya beberapa waktu lalu ketika saya Pesantren di Salah satu Pondok Pesantren di Yogyakarta.

Rasa syukur? Apakah kita sering bersyukur? Apakah kita sering berfikir seberapa penting arti bersyukur itu? Sering bukan kita lpa untuk bersyukur kepada Tuhan Yan Maha Esa? Ya itulah sifat manusia, sering lupa akan kwajibanya untuk bersyukur. Padahal itu semua hanyalah titipan sementara dari Tuhan.
Oke,ini semua berawal ketika saya mengikuti kegiatan sekolah di bulan Ramadhan yang Penuh Berkah ini. Acaranya adalah Pesantren Jarak Dekat di Pondok Pesantren Nurul Haromain, Sentolo,Kulon Progo,Yogyakarta. JUJUR,awalanya kegiatan ini sangat tidak menarik bagi saya dan teman-teman saya. Kenapa? Karena bisa dibilang kami bukan siswa yang suka dengan kegiatan seperti itu. Kami lebih suka dengan kegiatan olahraga atau outbound.

Namun,semua itu sudah menjadi peraturan sekolah dan kamipun harus mengikutinya. Yups,dan akhirnya kami juga pergi ke pondok pesantren itu. Semula, kami mengira bahwa kami akan Pesantren di Pondok yang bagus,layak,atau mewah(Ya maklum…dulu sering di kasih cerita oleh guru kalau Pesantrenya bagus dan indah..^_6). Tapi,semua itu tidak sesuai dengan kenyataanya. Kami datang ke Pesantren yang bisa dibilang cukup tidak layak.

Disinilah awal mula inspirasiku untuk menulis artikel ini. Disini kami merasakan ketidaknyamanan. Entah karena kami yang terlalu manja atau memang kenyataan?. Faktanya,sejak pertama kali kami menapakkan kaki,hanya keluhan lah yang selalu saya dengar dari teman-teman. Dilihat dari fisik luar bagian Pesantren ini, Nampak pemandangan yang sangat mengharukan. Bangunan yang belum selesai dibangun, halaman pesantren yang masih sederhana dengan pasir dan tanah berdebu, dan santri-santri kecil yang sedang bermain dihalaman tanpa peduli dengan tubuh mereka yang kotor dengan debu.

Sesampainya kami disambut dengan acara pengajian dan serah terima dari kepala Sekolah kami kepada Kepala Pondok Pesantren tersebut. Disini kami duduk bersama dengan para santri. Ternyata,hamper dari mereka memiliki penyakit kulit yang bagi kami juga sangat ‘jijik’ melihatnya. Bayangkan,hampir semua dari ratusan santri itu. Namun,semua itu di jelaskan oleh Ketua Pesantren tersebut bahwa itu tidak akan  menular. Kami sedikit lega mendengarnya. Kemudian kami segera menuju ke kamar sesuai dengan pembagian kamar.

Di hari ke-2 ini awal mula kenangan kami. Ketika pagi hari setelah sholat Dhuha,kami kembali ke kamar masing-masing,kemudian duduk santai di depan kamar kami melihat santri-santri kecil itu bermain asyik. Rasa ingin ikut bermain itu sering muncul diantara kami. Namun,hamper sebagian besar dari kami mengurungkan niat kami tersebut. Ya mungkin karena kami juga dalam keadaan puasa,sehingga banyak dari kami yang merasa lemas(padahal masih pagii lho,.,wkwkwkkw parah) .

Ketika itu kami mendengar salah seorang anak kecil(santri kecil tadi) berantem(berkelahi) dengan anak yang lainya. Kami mencoba melerai mereka,dan merekapun berhasil pisah setelah berbaikan dan berjabat tangan. Setelah kami Tanya-tanya,jawaban yang mengejutkan sering keluar dari mulut mereka. Mereka adalah anak-anak kecil yang kurang beruntung. Ada yang sejak dulu ditinggal orang tua mati,ada yang memang sengaja di titipkan di pondok tersebut karena kondisi ekonomi keluarga. Asal mereka pun berbeda-beda. Ada yang memang orang sekitar sana,Jawa tengah,Bandung,Sumatera,dan Kalimantan.

Yang sampai saat ini menjadi pertanyaan kami adalah,anak yang dari kecil ditinggal mati orang tuanya dan berasal dari Kalimantan itu ke pondok pesantren itu dengan siapa?????

Singkat cerita, kami merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi itu. Namun,melihat anak-anak kecil tadi semua keluh kesah tadi serasa menjadi boomerang yang justru memalukan bagi kami. Anak-anak kecil itu yang sudah bertahun-tahun tinggal dengan kondisi seperti itu mampur bertahan dan betah tinggal,sedangkan kami? Kami yang belum ada 1 minggu sudah mengeluh setiap harinya. Kesederhanaan mereka itu yang terkadang menyindir kami. Padahal mereka merupakan anak-anak yang serba kekurangan tapi mereka tidak pernah mengeluh dan justru mereka selalu bersyukur dengan cara beribadah dengan tekun.

Sementara dengan kami??? Kami bisa dibilang anak dari orang yang berkecukupan namun bisa dibilang kami sangat kurang bersyukur dengan apa yang kami miliki itu. Entah kenapa aku begitu iri melihat mereka yang selalu rajin bersyukur. Kami merasa lebih rendah dari mereka,kami merasa lebih dibawah di bandingkan mereka. Kami yang serba berkecukupan sangat jarang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu yang menyebabkan saya menulis cerita ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LALU KENAPA ITU SEMUA TERJADI??
MEREKA ORANG YANG KURANG MAMPU DALAM HAL MATERI MAMPUR LEBIH BERTAKWA DAN RAJIN BERSYUKUR.
 SEDANGKAN KITA?
 KITA ORANG YANG BERKECUKUPAN,SEMUA SERBA ADA TAPI KENAPA KITA KALAH DENGAN PERILAKU RAJIN BERSYUKUR ITU? KENAPA?
MARI KITA JADIKAN MOMEN BULAN RAMADHAN TAHUN INI SEBAGAI BULAN UNTUK MENGOREKSI DIRI DAN MENINGKATKAN AMAL IBADAH KITA,SEHINGGA KITA MAMPU LEBIH MENDEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA,SALAH SATUNYA DENGAN CARA BERSYUKUR.

Sekian dulu dari saya,semoga bermanfaat.Amin .

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Sumber

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan Pesan Di Sini. 1 Komentar dari Anda akan Sangat Membangun. Terima Kasih

 
Yahoo Messenger
Send Me IM!
Google Plus
Add Me To Your Circle!
Twitter
Follow Me!
Facebook
Add My Facebook
Used By: Catatan Si Arif||Original Template By Belajar SEO Blogspot - Himajiesized By Dayz Hidayat